Selasa, 12 Oktober 2010

“ IBU DAN KITA”


Ketika berusia 1 tahun, Ibu suapkan makanan & memandikan kita. Cara kita ucapkan terima kasih kepadanya hanyalah dengan menangis sepanjang malam.

Saat berusia 2 tahun, ibu mengajar kita bermain. Kita ucapkan terima kasih dengan lari sambil ketawa apabila dipanggil.

Menjelang usia 3 tahun, ibu menyediakan makanan dengan penuh rasa kasih sayang. Kita nyatakan terima kasih kita dengan menumpahkan makanan ke lantai.

Ketika berusia 4 tahun, ibu membelikan sekotak pensil warna. Kita ucapkan terima kasih dengan mencoreng-coreng dinding.

Saat usia kita 5 tahun, ibu membelikan sepasang pakaian baru. Kita ucapkan terima kasih dengan bergolek-golek dalam tempat kotor.

Ketika berusia 9 tahun, ibu membuka tabungan membayarkan uang sekolah. Kita ucapkan terima kasih dengan membolos dari kelas.

Saat berusia 10 tahun, ibu menghabiskan waktu sehari suntuk menemani kemana kita pergi. Kita ucapkan terima kasih dengan tidak bertegur sapa dengannya.

Usia 12 tahun, ibu mengingatkan untuk mengerjakan PR. Kita ucapkan terima kasih dengan menonton TV semalaman.

Ketika berusia 14 tahun, ibu terpaksa berhemat agar dapat membayar uang asrama. Kita ucapkan terima kasih dengan tidak menulis sepucuk surat atau menelpon.

Usia 19 tahun, ibu bersusah payah membiayai kebutuhan kita. Kita ucapkan terima kasih dengan merasa malu berjalan dengan ibu dihadapan kawan-kawan.

Dalam usia 21 tahun, ibu memberikan pandangan dan kebijakan mengenai dunia kerja. Kita ucapkan terima kasih dengan berkata “Jangan mendikte saya !”

Saat usia 23 tahun, ibu berjalan sepanjang hari menyusuri pertokoan dan membelikan perabot rumah untuk kita. Kita ucapkan terima kasih dengan mengatakan bahwa pilihan ibu jelek.

Saat usia 25 tahun, ibu bersusah payah mencari uang dan menjual perhiasan pribadinya untuk biaya pernikahan kita. Kita ucapkan terima kasih dengan pindah jauh dan meninggalkan ibu sendirian.

Saat usia kita 50 tahun, ibu makin lemah dan skit-sakitan, dan minta kita menjaganya. Dan kitapun bercerita panjang lebar mengenai berbagai kesibukan dan kisah tentang orang tua yang membebani anak.

Dan kemudian …..
kita mendapat berita kematian ibu.
Bagaikan petir di siang bolong, kabar itu mengoyak hati kita. Dalam lelehan air mata, segala perbuatan ibu membayangi kita dan segala perbuatan kita kepadanya menerpa satu persatu bagaikan hujan jarum di atas hati kita. Sesal kemudian memang tak ada gunanya.
 

Cintailah Ibumu
 

God Bless You

"Hitherto the Lord has helped us."
Ebenhaezer
From the desk of  Daniel Lauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar