Selasa, 23 November 2010

REFRAMING


Ada seorang ibu yang memiliki 4 orang anak laki-laki. Ibu ini memiliki sebuah karpet yang sangat ia sayangi, dan ia paling tidak suka jika karpet itu kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan jika menjumpai ada jejak sepatu di karpet itu, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal dengan 4 anak laki-laki, tentu saja hal ini mudah terjadi, dan ini membuatnya stress.


Ketika menceritakan masalahnya kepada psikolog, psikolog ini berkata : “Harap tutup mata ibu, dan bayangkan apa yang saya katakan !”.

“Bayangkan rumah ibu yang rapi, karpet ibu bersih mengembang, tidak ada noda, tanpa jejak sepatu.. bagaimana perasaan ibu ?”. Dengan tetap menutup mata, senyum ibu ini mengembang cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. Psikolog ini kemudian berkata “Itu artinya, tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tidak ada suami, tidak ada anak-anak, tidak ada gurau canda dan tawa mereka. Rumah ibu kosong. Tidak ada orang-orang yang ibu sayangi”.

Dengan segera wajah yang cerah berubah menjadi keruh, isak tangisnya terdengar. Tiba-tiba ia merasa kesepian. Muncul perasaan gelisah.


”Sekarang” kata psikolog ini, ”Bayangkan karpet ibu yang kotor, ada jejak sepatu di sana...tidak enak dilihat, namun itu berarti suami dan anak-anak ibu ada di rumah. Rumah ibu tidak kosong, di sana ada orang-orang yang ibu cintai”.

Setelah diminta membuka matanya, Psikolog ini bertanya ”Bagaimana bu, apakah ibu masih mengeluh melihat karpet yang kotor ?”. Ibu ini menggeleng dan tersenyum. Ia mencintai karpet itu, namun Ia lebih mencintai keluarganya.


Inilah yang disebut ”Reframing”, yaitu bagaimana kita ”membingkai ulang” sudut pandang kita sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandang”.
Beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

SAYA BERSYUKUR :
1. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, itu artinya saya cukup makan.
2. Untuk sampah-sampah gereja yang harus dibersihkan, karena itu berarti ada banyak orang yang mau hadir di gerejaku.
3. Untuk kritikan yang saya terima, karena itu berarti saya diperhatikan.
4. Untuk rasa lelah di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras.
5. Untuk istri yang cerewet, itu artinya istriku masih perduli dan masih bersamaku. .....dst.....dst.......

Mengucap syukurlah dalam segala hal, Itulah yang dikehendaki Kristus
 
 

God Bless You

"Hitherto the Lord has helped us."
Ebenhaezer
From the desk of  Daniel Lauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar