Kamis, 06 Desember 2012

I M M A N U E L

@ by Daniel Kurniawan

(Matius 1:21 – 23)

Beberapa waktu yang lalu, antara Pati-Kudus, saya melihat ada seorang bapak penjual tanaman hias.Biasanya : Jemanii, Adenium, Euphorbia sampai Gelombang Cinta. Saya nggak tahu kenapa dinamakan “Gelombang Cinta”, …… apakah cinta itu memang "kelak-kelok" bagaikan gelombang..? Yach.. saya ndak tahu, tapi itulah namanya. Nama yang bagus, bentuk bagus, simbol kebanggaan. Bayangkan … berpuluh jut, pasti ada kebanggaan tertentu. Betul ? 

Nah yang unik dari bapak penjual ini, ..adalah jenis tanaman hias yang di jual. Jenis apa sdr ? Namanya bagus sekali, “Rafflesia”, ...Orang yang tidak tahu, bisa jadi tertarik….  Tapi buat saya, di kasihpun “ndak mau”. Mengapa ? Karena saya tahu dan pernah punya tanaman ini. Yang membuat saya ”trauma” adalah baunya yang ..”Audzubillah himinasaito nirozim”....  seperti bangkai. Makanya di Indonesia nama bunga ini adalah ”Bunga bangkai”. Namanya sih keren, bentuknya sih beken, namun baunya.... bisa bikin orang ”mblenger”. Saya heran, kok ada-ada saja orang yang jual tanaman ini.

 Nah Bp/Ibu sekalian...... seorang pujangga besar, ”William Shakespeare” pernah berujar ”Apalah sih artinya sebuah nama ..... sekalipun mawar berganti nama, toh ia tetap berbau harum”.Pada satu sisi, mungkin kita setuju dengan ungkapan ini. Apalah artinya nama jika tidak sesuai kenyataan. Betul khan ? 

Pernah di beritakan di Kupang, ada seorang ibu anggota DPRD dari Partai berbasis kristen, namanyapun jelas kalau dia kristen, tapi ..... kena ”grebek” di sebuah hotel karena selingkuh. Malu nggak ? Malu.... sudah kristen, pejabat lagi..... harusnya jadi panutan, lha kok ini malah memalukan. 

Apalah arti nama ”Budiman”, kalau orangnya kejam tak berbudi dan tak punya belas kasih. Apalah artinya nama ”Gunawan” jika dia cuma ”Gundul dan menawan” namun tidak menjadi orang yang berguna ? Cocok nggak ? Itulah sebabnya, Shakespeare berkata ”apalah artinya sebuah nama”, yang penting bukan namanya tapi kualitasnya. Pada satu sisi, kita boleh saja setuju.

Namun pada sisi lain, bukankah kita hidup dalam dunia dimana ”Nama” bukan sekedar ”label” atau ”merk dagang”. Di balik satu nama, di dalamnya juga terkandung identitas – jati diri bahkan harapan-harapan.

Ketika orangtua memberi nama anaknya, tentu nggak sembarangan. Jarang ada yang kasih nama anaknya itu ”Kawuk, Bogel, Teplok , Pesek”. Jarang.... ini nama poyokan, nama sesungguhnya mungkin ”Wibowo Prakoso Adi Wicaksono”. Cie... keren khan. Di balik nama ini, orang tua punya harapan agar dia menjadi orang yang kuat, berwibawa, utama dan bijaksana. Lha kok jadi ”Kawuk” ? Ya nggak tahu... mungkin merasa saking kuatnya, ora tedhas tapak paluning pande, memolo ora tekho, Leloro podho lungo ”bablas angine:..... ”Wes ewes-ewes” kata alm.Basuki trus merasa nggak perlu mandi, Lha jadinya malah....Kawuk ! repot khan .... orang bilang, ”Kapan mbancakine ?”
 
Nah Bp/Ibu yang terkasih... mengapa saya tertarik ngomong soal nama ? Karena bagi budaya kita, maupun budaya Alkitab... nama itu memiliki makna. Demikian juga ketika Maria sedang mengandung bayi Yesus, Para nabi ratusan tahun sebelumnya sudah bernubuat : ”Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita” . Nama Yesus itu sendiri berarti ”Allah penolong kita”, jadi apa yang dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya sungguh-sungguh terwujud pada diri Yesus, Ia adalah penolong, Allah yang menyertai kita. Sang Immanuel. 

 Ini adalah sebuah NAMA, bukan mantera. Bukan otomatis kalau orang berkata ”Immanuel”, maka Allah akan menyertai dia, apapun yang dia lakukan. 

Pernah suatu saat, ketika bangsa Jerman sedang jaya-jayanya. Mereka merasa diri mereka sebagai ”kaum yang terunggul di antara semua manusia”. Tindakan mereka begitu kejam, terlebih ketika mereka berusaha memusnahkan ribuan orang Yahudi. Jelas bukan tindakan manusiawi dan patut dipuji. Namun yang luarbiasa, orang-orang Jerman ini memiliki ”moto” yang ditulis di tiap ikat pinggang prajurit Jerman yaitu ”Goot Mit Uns” yang artinya ”Allah menyertai kita”. Luar biasa bukan ? Bagaimana mereka bisa berpikir bahwa Allah menyertai mereka dalam membunuh, menyiksa, melakukan ketidakbenaran dan ketidakadilan ? Jika memang demikian.... tentu kita akan bertanya-tanya, ”Allah seperti apa yang berpihak pada para penindas dan orang-orang yang tidak berperikemanusiaan ini”.  Yg jelas, bukan Allah yg kita sebut ” Immanuel” itu.  Mengapa ?

 (1) Kehadiran Allah sbg manusia pada diri Yesus merupakan satu pernyataan bahwa Allah tidak menghendaki adanya permusuhan. 

Suatu ketika ada seorang bapak yang sakit dan hampir mati. Orang ini punya banyak sekali musuh, seneng padu. Seneng geger. .... Nah karena sudah ”kejet-kejet”, keluarganya mengambil inisiatif untuk memanggil orang-orang yang punya dendam terhadap orang ini. Mikirnya, daripada mati nggowo dosa, khan bagus kalau dibereskan sebelum terlambat. Orang-orangpun datang. Karena bapak ini masih kejet-kejet, keluarga lalu ngomong ”Atas nama bapak, kami minta maaf untuk semua kesalahan bapak kepada saudara-saudara. Dimaafin ya ? Damai ya, Bapak Ibu ? ” Gitu kata anak-anaknya. Orang-orang pun mengangguk... ya..ya damai.... kosong-kosong. Eh... rupanya meskipun ”kejet-kejet”, bapak ini masih nekad ngomong..... ”enak aja damai Dadio godhong moh nyowek, dadio banyu moh nyawuk”. Yo wis..... inget, itu cuma berlaku kalau aku jadi mati, kalau enggak..... awas lu !

Nah ini menungso sdr... seneng musuhan. Tapi Allah tidak demikian. Sekalipun manusia jatuh dalam dosa, dan itu berarti hubungan manusia dan Allah terputus. Namun Allah tidak mau membiarkan permusuhan ini terjadi terus. Allah suka damai, Allah ingin memulihkan hubungan yang putus. Karena itulah Allah mau jadi manusia supaya Allah dan manusia menjadi dekat kembali. Immanuel, berarti Allah hadir, menyertai kita dan memulihkan hubungan kita dengan Allah. Dengan kelahiran Yesus, berakhirlah zaman Allah melawan kita dan zaman kita tanpa Allah ... dan mulailah zaman baru, yaitu Allah menyertai kita dan Allah bersama-sama kita.  Ada Perdamaian di balik Nama Immanuel. 

Jadi kalau kita mengaku Yesus sebagai ”Immanuel” tapi masih seneng tukaran, padu, musuhan....... maka nama Immanuel, ndak artinya buat kita. Kayak Rafflessia, apik ning badhek.

(2) Kehadiran Yesus yg disebut Immanuel juga menunjukkan keprihatinan dan keperdulian

Kalau kita lihat kisah Natal, ada sesuatu yang menarik. Maria yang dipakai Allah untuk mengandung bayi Yesus, bukan orang yang kaya, demikian juga Yusuf. Saat Yesus dilahirkan, bukan di hotel berbintang atau Rumah Sakit profesional, tapi di sebuah kandang, kotor, apek . hanya berbungkus kain lampin, springbednya pun cuma palungan, tempat makan ternak. Tamu yang datang menyambangi, memang ada orang majus yang pandai dan kaya... namun jangan lupa, yang pertama datang justru ”tukang angon”.
 
Lho.... apa Allah nggak bisa pilih tempat dan cara lain yang lebih terhormat ? Bisa sdr... tapi memang inilah yang dipilih Allah, bukan karena terpaksa melainkan inilah tanda bahwa Allah prihatin dan perduli kepada kemiskinan, kesederhanaan, kehinaan... kepada orang-orang yang susah, baik secara ekonomi maupun hati. 

Bukankah hal-hal seperti ini yang sering membuat hidup jadi nggak tenang, kuatir, tidak ada damai, kemrungsung lsp.
Kalau mau jujur, sebetulnya kita gampang kok terganggu. Hal-hal yang kecil saja bisa mengganggu dan merebut ketenangan hidup kita.

Saya pernah mengikuti sebuah kebaktian Natal. Suasana dibuat tenang teduh dan khidmat. Anak-anak kecil sudah disediakan acara terpisah supaya tidak ribut dan mengganggu.  Tapi ndelalah sdr..... di tengah-tengah acara, ada tetangga asyik nggoreng “gereh”. Dia nggak ribut, tapi bau “gereh” sing ”brang-breng” sedeep ini rupanya bisa merebut konsentrasi. Di sana-sini terdengar suara ”Kruuk”.... suara perut lapar. Gangguan telinga bisa dihindari, tapi gangguan hidung rupanya tidak bisa dibatasi tembok. 

Sekarang ini banyak orang yang hidupnya tidak tenang..... ada yang karena materi yang pas-pasan, ada yang karena situasi sosial yang tidak mendukung – seperti Maria dan Yusuf yang ditolak di penginapan, atau seperti para gembala yang terisolir dari masyarakat, ada yang disebabkan karena berbagai persoalan ........ nah, kepada mereka inilah, Yesus lahir dan disebut Immanuel. Artinya, Allah memperdulikan anda... Allah tidak membiarkan kita menghadapi semua kesulitan itu sendirian. Ia disebut Immanuel, karena memang ia menyertai kita; dan namaNya disebut Yesus karena memang Allah adalah penolong kita. NamaNya bukan Nama omong kosong..... 

Jadi Bpk/Ibu....ketika kita merenungkan Natal dan mengingat Nama Yesus Sang Immanuel, maka kita melihat bahwa : Sebenarnya melalui Natal, Allah menyodorkan kepada kita suatu PENGHARAPAN. Pengharapan bahwa hidup kita ini diperdamaikan dengan Allah, dan pengharapan untuk menjalani hidup ini dengan Damai Sejahtera. 

Itulah sebabnya Natal menjadi saat penuh sukacita, karena kelahiran Sang Immanuel telah mengubah hidup kita menjadi hidup yang penuh dengan harapan, hidup yang berarti – baik di bumi maupun kelak di surga.

SELAMAT NATAL


With Love in Christ
 Daniel Kurniawan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar