Rabu, 05 Desember 2012

PROYEK POHON NATAL


Ini merupakan kisah tentang “pemanfaatan” Pohon Natal untuk sesuatu 
yang berbeda, bukan sekedar sebagai “Pohon Hiasan” yang meriah, 
enak dilihat atau sebagai assesoris pelengkap Natal. Kisah ini ditulis 
oleh Paul Borthwick dalam bulletin Kepemimpinan (terbitan 
Yayasan Andi Yogyakarta) vol.10/Th.III, p.31-32.
Kiranya memberikan inspirasi bagi kita.
 
1. Gereja Kristus Titusville (Pensylvania)
 
Pohon Natal di gereja ini nampak kosong pada minggu pertama bulan 
Desember, namun menjelang Natal, cabang-cabang dari pohon itu 
sudah mulai bergelantungan dengan bermacam-macam kartu-kartu 
yang dipasang oleh para anggota gereja. Pada tiap kartu telah 
dituliskan suatu perbuatan baik yang ingin dilakukan oleh penulisnya 
untuk orang lain.
 
"Seorang anggota yang ahli dalam dunia salon biasanya menawarkan  
perawatan rambut tanpa bayar," kata pendeta John W. Morris. 
Orang lain yang bekerja sebagai penghias kue tart profesional 
menawarkan menghias kue tart apa saja pada perayaan Natal ini. 
Sedangkan yang lain menawarkan makan bersama di restoran -- 
lalu kaum muda juga ingin berpartisipasi dengan menawarkan bantuan 
untuk memotong rumput taman atau mencuci kendaraan."
 
Pada hari Minggu sesudah hari Natal, setiap anggota yang telah 
memasang kartunya pada pohon itu diminta untuk mengambil salah 
satu kartu lain dan mendapatkan pesan-pesan menarik. Semenjak 
saat itu, kebiasaan menggantungkan kartu Natal dengan pesan-
pesan perbuatan baik ini menjadi tradisi dalam jemaat kami selama 
sepuluh tahun berikutnya,
" kata Morris.
 
 
2. Gereja Peninsula 
Covenant di Redwood City, 
California
 
Pada Hari Minggu sesudah Hari  
Pengucapan Syukur (Thanksgiving Day), 
sebuah pohon cemara yang tinggi di 
depan rumah ibadah akan dihiasi dengan 
untaian-untaian kertas yang berwarna-
warni, yang masing-masing bertuliskan 
nama dari satu keluarga setempat yang 
berkekurangan, dengan beberapa catatan  
tentang kebutuhan mereka. 
 
Setelah beberapa minggu, anggota-anggota  yang mengambil seuntai 
berarti telah memilih membantu keluarga yang bersangkutan untuk 
merayakan Hari Natal bersama. Patokannya ialah sebelum malam 
Natal pohon itu sudah kosong kembali. 
 
Nama-nama yang tertera pada untaian kertas itu berasal dari orang-
orang Kristen yang melayani di tengah lingkungan yang berkekurangan. 
Banyak di antara keluarga-keluarga itu yang salah satu orangtuanya atau 
kedua-duanya sedang menganggur. Sedangkan yang lainnya merupakan 
keluarga dengan orangtua tunggal (janda atau duda), atau yang terdiri 
dari orang yang sudah tua atau dewasa yang cacat tubuhnya. 
 
Keluarga- keluarga itu sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa mereka 
akan menerima "pemberian". Metode untaian kertas ini membantu untuk  
menghilangkan perasaan yang tak enak antara yang memberi dan yang  
menerima, karena tidak enak menawarkan "kemurahan hati" atau  
"kedermaan" secara terbuka.
 
"Sangat menakjubkan ketika menyaksikan hasil-hasil dari 'Proyek Pohon 
Natal' itu di dalam jemaat kita," kata seorang anggota jemaat Pat Sikora. 
"Pelaksanaan program itu memungkinkan kita menyatakan karunia Allah 
dengan cara-cara yang kreatif dan baru."
 
Beberapa orang memberikan bungkusan pakaian untuk anak-anak, yang  
lainnya memberikan peralatan rumah tangga yang masih baru. Beberapa  
orang membuat paket hadiah yang dibuat sendiri, dan yang lain mengisi 
sebuah kantung besar berisi beberapa hadiah. Satu keluarga mengisi 
satu kantong untuk seorang anak dan yang lainnya membawa kendaraan 
yang dimuat dengan beberapa mainan, pakaian, dan makanan.
 
Beberapa di antaranya ingin menyampaikan hadiahnya secara anonim  
hanya disertai catatan "Dari temanmu di Covenant", sehingga tak memberi 
kesempatan untuk mengucapkan terima kasih. Ada yang memusatkan 
perhatiannya pada satu keluarga, lalu mengadakan hubungan erat dengan 
keluarga itu dan membantu keluarga itu untuk tahun berikutnya.
 
"Pernah pada salah satu tahun, seorang jemaat memutuskan untuk 
membarikan santunan selama satu tahun kepada satu  keluarga 
dengan delapan anak-anak yang tak mempunyai bapak lagi. ", kata 
Sikora, "akhirnya setelah satu tahun berlalu, jemaat ini  
berkeinginan untuk merawat keluarga itu seterusnya."
 
Banyak para orangtua merasa bahwa pengalaman itu telah membantu  
mereka mendidik anak-anak mereka dalam hal memberi dengan senang  
hati. Ada juga beberapa keluarga yang memilih satu keluarga yang cocok 
dengan tingkat usia di keluarga mereka.
 
"Proyek Pohon Natal", kata Sikora, "bukanlah merupakan suatu pelayanan 
satu pihak, karena kebanyakan kita merasa bahwa kita pun menerima 
banyak berkat dari proyek ini."
 
 
 With Love in Christ
"Hitherto the Lord has helped us."
Ebenhaezer
From the desk of  Daniel Lauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar