Senin, 08 Juni 2015

10 RENUNGAN XIN NIAN



  ,
Fumu Buxiao, Fengshen Wuyi.
Bila tidak berbakti pada orang tua,
percuma menyembah TUHAN.
, Xiongdi Buhe, Jiaoyou Wuyi.
Bila dengan saudara sendiri tidak rukun,
percuma menjalin persahabatan dengan orang lain.
, Cunxin Bushan, Fengshui Wuyi.
Bila hati penuh pikiran jahat, percuma berharap keberuntungan.
, Xingzhi Buduan, Dushu Wuyi.
Bila tingkah-lakunya tanpa tata krama suka menyakiti orang lain,
percuma sekolah tinggi-tinggi.
, Xingao Qiao, Boxue Wuyi.
Bila bersifat angkuh dan arogan,
percuma menjadi seorang pemimpin yang mengaku terpelajar.
, Zuoshi Guaizhang, Chongming Wuyi.
Bila seenaknya sendiri dalam melakukan segala  sesuatu, kepintaran pun percuma karena tak menjadikannya bijak.
, - Shiyun Butong, Wangqiu Wuyi.
Bila belum tiba saatnya diberi Tuhan, berkolusi dengen manusia penentu  sekalipun juga percuma.
, Buxi Yuanqi, Fuyao Wuyi.
Bila tidak mau menghargai kesehatan,
minum obat pun akan percuma.
,     Wangqu Rencai, Bushi Wuyi.
Sembarangan mengambil harta dan hak orang lain,
percuma saja bersedekah.
,   Yin E Siyu, Yinzhi Wuyi.
Bila suka mengumbar hawa nafsu, percuma saja berbuat kebajikan

GKMI Ebenhaezer
@ by Daniel Lauw

CERMIN KESETIAAN



Renungan Warta Jemaat No.359
Minggu, 28 Juni 2015
Ibrani 3 : 1 – 6

Melayani di rumah Tuhan sebagaimana ditekuni oleh Musa adalah sebuah kehormatan, dan bukan sebagai beban. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Musa melebihi para nabi karena kesetiaan yang ia miliki. Kesetiaan di rumah Tuhan bukanlah kesetiaan karena keterpaksaan, juga bukan karena pujian dan keuntungan melainkan kesetiaan yang bertolak dari penundukan diri kepada Kristus sebagai kepala gereja. Sungguh menarik bahwa Musa maupun Yesus berulangkali disebut “setia”, baik Musa sebagai pelayan rumah Tuhan maupun Yesus sebagai kepala rumah Tuhan. Di sinilah kita bisa bercermin mengenai makna kesetiaan dalam pelayanan, yaitu tak lain sebagai kesetiaan kepada tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Dalam bahasa aslinya, Iman dan kesetiaan memang memiliki akar kata yang sama. karena itu, iman kepada Yesus tidak dapat tidak harus disertai dengan kesetiaan dalam mengikut dan melayani. Disinilah setiap kita bisa bercermin pada diri sendiri dalam memaknai iman dan kesetiaan kita di rumah Tuhan. Karena kesetiaan bukanlah sikap pasif melainkan dinamis dan makin menguat seiring bertumbuhnya iman. AMIN.

GKMI Ebenhaezer
@ by Daniel Lauw

KEBERANIAN MEMBAYAR HARGA



Renungan Warta Jemaat No.358
Minggu, 21 Juni 2015
Lukas 9 : 57 - 62

Senada dengan demam “gelombang cinta”, saat ini gelombang “Demam Akik”-pun melanda di berbagai tempat. Untuk memiliki batu-batu unik yang kaya pola dan warna tersebut, para penggemar akik berani membuka dompet untuk membayar berapapun harganya. Dibutuhkan juga keberanian membayar harga dalam mengikut Yesus dan untuk mendapatkan kemuliaan surgawi yaitu :
1.                 Berani menanggung resiko tidak diterima oleh dunia (ayat 57), karena memang jalan dan gaya hidup “anak-anak dunia” beerbeda dengan “anak-anak Allah”.
2.                 Berani memberikan prioritas waktu (ayat 60). Manusia paling pintar mencari dalih untuk menunda atau menolak ketika diminta mengikut Yesus atau melayani. Disnilah dibutuhkan keberanian untuk memprioritaskan waktu bagi kehendak Allah yang melampaui keinginan diri.
3.                 Berani melupakan masa lalu dan mengarahkan diri ke masa depan (ayat 62).
Seberapa berani kita membayar harga, menunjukkan seberapa besar keinginan kita mengikuti Yesus. AMIN.


GKMI Ebenhaezer
@ by Daniel Lauw