Dalam sebuah Diklat calon Pendeta, ada seorang Dosen yang bergelar DR. (Doctor of Ministry, salah satu gelar doktor yg dianggap terendah dalam jajaran Theology). Dia sedang mengajar para calon Pendeta baru itu & menyampaikan kritik begini : "Saya ini heran dengan Pendeta2 zaman sekarang. Kok nggak mau pake jabatan PDT (Pendeta), tapi lebih seneng pake jabatan PS (Pastor). Padahal yg bener kan Pendeta, bukan Pastor."
KASUS 2
Dalam banyak kesempatan, saya sering mendengar pertanyaan seperti ini : "Lho? Pastor itu kan jabatan Katolik? kenapa Pendeta2 Kristen memakai jabatan itu? Anda ini Pastur atau Pendeta sih? Kok suka nyatut2 & ngaku sebagai Pastor? Pastor kan jabatan pemimpin umat Katolik, bukan Kristen?"
KASUS 3
Dalam sebuah pertemuan para Gembala, seorang Pemimpin berkata : "Mulai hari ini, yg memakai jabatan PASTOR, akan saya rekomendasikan untuk di-Skors atau dipecat sekalian !!!"
KASUS 4
Di-sebuah Wall FB ada seorang berinisial JG yg katanya lulusan Teologi, Doktor, Dosen (dan juga jual jasa utk membantu Thesis orang lain) namun wawasannya kurang luas, mempermasalahkan kata Pastor. Begini katanya: "Aku mempertanyakan dari mana dia pake gelar Pastor. Emang GBI ada gelar kayak gituan???"
Semua pertanyaan & pernyataan tsb di-atas bisa jadi adalah karena Ketidaktahuan, Kebodohan & Ketidakpedulian utk Belajar & memahami, alias KURANG WAWASAN.
-------------------------------------------------------
PASTOR / PENDETA ITU BUKAN GELAR !!!
--------------------------------------------------------
Pertama2 harus dipahami bahwa istilah Pastor, Pendeta, dsb BUKANLAH GELAR, melainkan JABATAN.
Makanya dalam Kartu Kependetaan yg dimiliki oleh seorang Pendeta biasanya tertulis : KARTU JABATAN 'PENDETA
bukan KARTU GELAR PENDETA.
Gelar tidak akan Hilang Seumur Hidup. Gelar didapat & diperoleh setelah Lulus dari institusi Pendidikan yg menyelenggarakannya. Jadi, jika Anda lulus sekolah Kedokteran, lalu mendapat Gelar S.Ked (Sarjana Kedokteran), MD (Medical Doctor, jika diluar negeri), atau Dr (Dokter), atau Anda Lulus Sekolah Hukum, lalu mendapat Gelar SH (Sarjana Hukum), maka Gelar itu tidak akan hilang & terus melekat pada Anda sampai Anda mati.
Sedangkan Jabatan bisa Hilang sewaktu2. Misal Jabatan "Menteri" atau "Pendeta", maka jabatan tsb hanya akan bertahan "SELAMA" MASA TUGAS anda jalani. Setelah Menteri selesai bertugas & Presiden tidak lagi membutuhkannya, maka Jabatannya akan dicabut. Demikian juga Pendeta, akan selalu menjabat sebagai Pendeta selama ia masih aktif bertugas. Beberapa Gereja tertentu (biasanya aliran Pentakosta/Kharismatik) mengizinkan Pendetanya bertugas seumur hidup, sementara Gereja2 lain (biasanya aliran Protestant) menetapkan batasan Masa Tugas seorang Pendeta. Sehingga saat seorang Pendeta pensiun dari jabatannya, maka ia dikenal dengan Pdt (Em) atau "PENDETA EMERITUS". Emeritus artinya = pensiun dengan hormat dan boleh memakai sebutan jabatannya.
JABATAN Pendeta juga bisa dicabut apabila Sinode Pusatnya memberikan Sanksi Pencopotan Jabatan karena berbagai kesalahan yg dilakukan oleh Pendeta tsb, misal berzinah, melakukan kriminal, dsb. Sedangkan GELAR Dokter atau Sarjana Hukum, misalnya, tidak akan pernah bisa dicabut meskipun ia melakukan tindakan Kriminal atau masuk bui sekalipun. Yang dicabut biasanya adalah IZIN PRAKTEKnya Dokter atau Pengacara, sedangkan GELARnya tidak akan pernah dicabut. Karena Gelar adalah TANDA Keberhasilannya menempuh sebuah Pendidikan.
Bahkan seseorang yg sudah menempuh Sekolah Alkitab atau Pendidikan Teologia (S.Th/B.Th/Sarjana/Bachelor of Theology, M.Th/Master of Theology, D.Th/Doctor of Theology, dsb) sekalipun, belum tentu adalah seorang Pendeta. Karena S.Th, M.Th, D.Th itu adalah Gelar, sedangkan Pendeta itu Jabatan. Karena itu, ada beberapa Pendeta yg mendapatkan Jabatan Kependetaannya meski bukan berasal dari Sekolah ALkitab.
-----------
DARI MANA ASAL KATA "PASTOR" ???
Nah, skrg saya Lanjutin Penjelasan mengenai PASTOR. Mari kita lihat dalam Terjemahan di-Google, apa arti kata "PASTOR".
Google Translation
Kata pastor sendiri akar katanya berasal dari bahasa Latin pastōr yang berarti gembala.
Diluar negeri, banyak Pendeta Kristen dipanggil dengan PASTOR, sedangkan para Romo Katolik dipanggil dengan PATER (Father/Bapa). Makanya di-Indonesia kata PATER (Father/Bapa) diterjemahkan ke-dalam bahasa Jawa menjadi ROMO (kata Romo sendiri artinya adalah BAPAK)
--
ASAL USUL KATA "PASTOR"
Penggunaan kata pastor berasal dari Alkitab. Dalam Kitab Suci Ibrani (atau Perjanjian Lama), digunakan kata רעה (ra'ah) dari bahasa Ibrani. Kata ini digunakan 173 kali untuk menggambarkan tindakan memberi makan kepada domba-domba seperti dalam Kitab Kejadian 29:7 dan juga sehubungan dengan manusia seperti dalam Yeremia 3:15, "Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian." (LAI).
Dalam Perjanjian Baru, kata dalam bahasa Yunani, ποιμην (poimēn) digunakan dan biasanya diterjemahkan sebagai gembala. Kata ini digunakan 18 kali dalam Perjanjian Baru. Misalnya, Surat Efesus 4:11, "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar" (LAI). Yesus juga menyebut dirinya sebagai "Gembala yang Baik" dalam Yohanes 10:11.
Para penulis Perjanjian Baru tampaknya menggunakan kata pastor atau gembala sebagai sinonim untuk jabatan gereja penatua (presbuteros) atau penilik jemaat atau uskup (episkopos). Misalnya, dalam Kisah 20:17, Rasul Paulus mengimbau para penatua gereja di Efesus untuk menyampaikan pesan terakhir kepada mereka. Dalam prosesnya, dalam Kisah 20:28, ia mengatakan kepada mereka bahwa Roh Kudus telah membuat mereka penilik, dan bahwa tugas mereka adalah menggembalakan gereja mereka. Petrus menggunakan bahasa yang sama dalam 1 Petrus 5:1-2, dan mengatakan bahwa para penatua di antara para pembacanya bahwa mereka pun harus menggembalakan kawanan domba yang dipercayakan kepada mereka, dan bertindak sebagai penilik jemaat.
Paulus juga menyebutkan daftar persyaratan dari orang-orang yang melayani jabatan ini. Dalam 1 Timotius 3:1-7, Paul menyebutkan daftar persyaratan dari mereka yang melayani sebagai bishop (penilik jemaat). Dalam Titus 1:5-9, diberikan pula sebuah daftar yang sangat mirip, kali ini untuk para penatua, yang juga dirujuk pada 1:7 sebagai penilik jemaat.
Menurut banyak ahli, praktik pemisahan jabatan antara pastor dan bishop baru terjadi sekurang-kurangnya pada abad ke-2. Pada saat ini, seorang uskup atau penilik (jadi berbeda dengan sekelompok penilik atau penatua, yang dimiliki gereja-gereja pada abad pertama) mulai mengawasi kelompok-kelompok orang Kristen di seluruh kota, meskipun mereka berkumpul di tempat-tempat yang berbeda.[1] Pada abad ke-3 dan ke-4, para uskup dari beberapa kota yang paling penting mulai memiliki kekuasaan atas keseluruhan wilayah gereja dengan pengelompokan paroki atau keuskupan dari banyak kelompok Kristen sekarang.[2]
PENGGUNAAN DALAM SEJARAH
Sekitar tahun 400 M, Augustinus, seorang uskup terkenal dari Afrika Utara, menggambarkan tugas seorang pastor:
Para pengganggu harus ditegur, mereka yang kurang bersemangat harus diberikan semangat, yang lemah harus didukung, para penentang dibantah, yang tidak dapat dipercaya harus diwaspadai, yang tidak punya kecakapan diajar, yang malas diberikan dorongan, yang suka bertengkar dikendalikan, yang sombong ditekan, yang menuntut ditenangkan, yang miskin ditolong, yang tertindas dibebaskan, yang baik dipuji, yang jahat ditanggung, dan semuanya harus dikasihi.[3]
PENGGUNAAN DI MASA SEKARANG
"Sekarang ini pastor masih memberkati umat gembalaannya di sungai Yordan, dengan cara menyentuh kepala orang-orang percaya sebelum menyuruh mereka masuk ke air suci untuk dibaptiskan."[4]
Gereja Protestan
Banyak gereja Protestan di Barat menggunakan istilah pastor (mis., Pastor Smith) atau sebagai sebutan pekerjaan (misalnya Pastor Senior atau Pastor Peribadatan). Sebagian gereja Protestan berpendapat bahwa sebutan imam untuk merujuk kepada pendeta yang ditahbiskan bertentangan dengan doktrin Protestan tentang imamat am orang percaya. Karena itu, mereka sama sekali menolak penggunaan istilah imam untuk para pemimpin mereka. Denominasi-denominasi tersebut mencakup Lutheran, Mennonit, Methodist, Presbyterian, gereja-gereja dari tradisi Reformasi, Gereja-gereja Kristus Amerika, Sidang Jemaat Allah dan Baptis.
Gereja di Indonesia
Di Indonesia, mayoritas menggunakan sebutan Pendeta. Ada juga cukup banyak menggunakan sebutan Pastor karena berbagai alasan. Ada juga istilah Gembala sebagai terjemahan langsung dari kata "pastor" digunakan sebagai ganti sebutan "pendeta" oleh Kerapatan Gereja Protestan Minahasa, sebuah denominasi Protestan di Sulawesi Utara.
Penggunaan istilah pastor untuk merujuk pada jabatan pemimpin di lingkungan Protestan di masa modern sebenarnya berasal dari masa Yohanes Calvin dan Ulrich Zwingli. Keduanya, dan juga para Reformator tampaknya telah menghidupkan kembali istilah ini untuk menggantikan istilah imam dari kalangan Katolik dalam benak pikiran para pengikut mereka, meskipun Pastor masih dianggap terpisah dari sidang penatua atau presbiter. Beberapa kelompok Protestan di masa kini masih memandang pastor, bishop (“uskup”), dan penatua sebagai istilah atau jabatan yang sinonim. Banyak dari mereka berpandangan demikian, khususnya di Barat, berasal dari kalangan Gerakan Restorasi di Amerika pada 1800-an.
Dalam tradisi lain
Gereja-gereja Katolik, Ortodoks, dan Anglikan biasanya menyebut pemimpin mereka “imam” (meskipun istilah pastor juga digunakan, khususnya di Amerika Utara). Sebuah paroki Katolik yang cukup besar untuk memiliki lebih dari seorang imam, hanya satu di antara mereka yang biasanya memakai sebutan pastor. Orang ini adalah pemimpin paroki tersebut. Gereja-gereja Anglikan jarang menggunakan istilah "pastor"; mereka lebih suka menggunakan istilah rektor dan vikar.
SALAH KAPRAH DI-INDONESIA !!
Di-Indonesia sudah terjadi Salah Kaprah Parah, Bahwa kata "PASTOR" selalu dipandang sebagai dari Katolik. Padahal sebenarnya yang bener, kata PASTOR berarti Pendeta/Gembala. Mau dipakai Kristen maupun Katolik, sama aja. Asal dia memimpin umat/sebuah jemaat. Di-luar negeri kata PASTOR banyak dipakai Pendeta Kristen, sedangkan Romo Katolik malah banyak memakai kata "PATER" atau "FATHER".
Bahkan di-Indonesia kata PATER (Father/Bapa) malah diterjemahkan ke-dalam bahasa Jawa menjadi ROMO (kata Romo sendiri artinya adalah BAPAK). Makanya di-depan Nama para Imam Katolik sering ada sebutan RM (Romo), misal : Rm. Hadi Suryopranoto, SJ (SJ adalah nama Ordo-nya, ada yg SJ/Serikat Jesuit, ada yg O.Carm/Ordo Carmel, dsb)
Hal ini merupakan kesalahan bahasa, sebagaimana kata "PAPER" yang artinya kertas. Jika orang Inggris mengartikan Paper sebagai kertas ("May i use this paper to write on?), maka di-Indonesia malah sering dikaitkan sebagai "KARYA ILMIAH" ("Sebagai mahasiswa Doktoral saya akan menjalankan kewajiban utk mempresentasikan PAPER saya dihadapan para penguji."). Seorang Doktor-pun bisa ikutan salah kaprah ???
Lalu dari mana muncul istilah "PENDETA" ???
----------------------------------------
ASAL USUL KATA "PENDETA"
----------------------------------------
Kata "Pendeta" berasal dari bahasa Sansekerta (bahkan beberapa tafsiran mengatakan berasal dari bahasa Pali atau malah bahasa Tamil), yakni : "PANDIT/PANDITHA". Makanya agama Hindu & Buddha juga memakai istilah "PANDITHA / PENDETA" untuk pemuka agamanya.
Di Indonesia, saat ini istilah pendeta secara khusus malah digunakan untuk sebutan pemimpin agama-agama Kristen Protestan, Hindu atau Buddha secara umum, istilah ini kadang-kadang juga digunakan untuk pemimpin agama Konghucu. Sedangkan agama Islam menggunakan ustadz.
Entah salah kaprahnya ini dimulai sejak kapan sehingga, arti kata Pandhita akhirnya mengalami Penyempitan makna menjadi "Pemimpin Umat Kristen" padahal sejatinya bukan begitu & tidak sesederhana itu!!!
Pendeta (dalam istilah Dewanagari: पण्डित, paṇḍit) asalnya adalah sebutan bagi pemimpin agama Hindu. Kata pendeta berasal dari kataPandita (bahasa Sansekerta), yang berarti brahmana atau guru agama Hindu atau Buddha. Namun arti lebih khusus lagi adalah :
PANDHITA artinya = ORANG YANG BERILMU.
Kesalahkaprahan ini mirip dengan kesalahpahaman tentang kata "ALIM" Banyak orang yg memahami kata ALIM sebagai "Orang yang Baik & Taat Beribadah".
Padahal makna kata "ALIM" sesungguhnya adalah : ORANG YG TAHU TENTANG APA SAJA & TIDAK TERKAIT DENGAN TAAT ATAU TIDAKNYA DALAM BERIBADAH.
Jadi, kata Doktor di-Kasus 1, pertanyaan2 orang2 di-Kasus 2, serta ancaman dari seorang Pemimpin di-Kasus 3, bahkan pernyataan seorang yg katanya "Lulusan Teologia" di-Kasus 4 tsb jelas adalah sebuah Kebodohan, Ketidaktahuan dan atau Ketidakpedulian utk belajar memahami.
Karena itu, istilah PASTOR / PASTUR, sebenarnya justru paling Tepat utk menyebut seorang Pemimpin umat Kristen. Kata PATER atau ROMO lebih pas dilekatkan pada pemimpin umat Katolik sebagaimana yg sudah mereka pakai selama ini. Sedangkan istilah Pendeta, seharusnya malah lebih cocok disematkan pada para Pemimpin umat Hindu atau Buddha, mengingat sejarah bahasa tsb berasal dari komunitas mereka.
Bukannya begitu ???
PERUBAHAN-PERUBAHAN ARTI DALAM KATA-KATA.
Kata-kata dalam bahasa tertentu mengalami perubahan arti. Terdapat enam jenis perubahan arti. [5]
1. Meluas / Generalisasi
Makna kata sekarang lebih luas daripada makna asalnya.
Contoh:Petani,peternak,berlayar,ibu,dan sebagainya.
Ibu, asal mulanya berarti : yang melahirkan kita. namun meluas pada semua wanita.
2. Menyempit / Spesialisasi
Makna sekarang lebih sempit daripada makna asalnya
Contoh:Pendeta,sarjana,sastra,pembantu,dan sebagainya.
Pendeta, asal mulanya berarti : Orang yg berilmu, namun menyempit menjadi pemimpin Kristen.
3. Amelioratif
Makna kata sekarang lebih baik daripada makna kata asalnya.
Contoh:Wanita,pramuniaga,warakawuri,rombongan,dan sebagainya.
Perempuan berasal dari kata "Puan" artinya "yg dihormati"
Wanita, asal mulanya berarti : Perempuan peliharaan.
namun sekarang, kata Wanita malah tampak lebih sopan dari kata Perempuan.
4. Peyoratif
Makna sekarang lebih jelek daripada makna kata asalnya.
Contoh: Kawin/kimpoi, gerombolan,oknum, perempuan,dan sebagainya.
Kawin/kimpoy, asal mulanya berarti Pernikahan, namun melenceng menjadi hubungan sex
5. Sinestesia
Makna kata yang timbul karena tanggapan dua indera yang berbeda.
Contoh: Namanya Harum.
Harum, adalah sebuah kondisi, namun bisa juga dimaknai sebagai nama orang.
6. Asosiasi
Makna kata yang timbul karena persamaan sifat.
Contoh: Hati-hati menghadapi tukang catut di bioskop itu.
Padahal Catut, asal mulanya berarti alat pertukangan (Tang) utk mencatut.
Semoga setelah membaca Notes ini, saya harap Anda bisa menyebarluaskannya, sehingga tidak ada umat yg bertanya2 lagi, Doktor yang ngomel2 soal pemakaian istilah Pastor, serta Pemimpin umat yg ngancam2 mau mecat hanya gara2 soal sebutan Pastor, atau seorang seorang "Penjual Jasa" bikin Thesis ngoceh2 soal Pastor dalam kenaifannya.
Jadi, jangan marah2 dulu kalo saya menjelaskan kayak gini. Dipahami sajalah bahwa kalian memang pernah Salah Kaprah. Terus kemudian, Bertobat & Berubahlah!!! Karena semua itu hanyalah bentuk Ketidaktahuan, Kebodohan dan atau Ketidakpedulian utk Belajar & memahami.
Semoga menjadi Pencerahan.... (^_^)
---------------------------------------------
Rujukan
- Bercot, David W. (1999). Will The Real Heretics Please Stand Up. Scroll Publishing. ISBN 0-924722-00-2.
- Dowly, Tim (ed.) (1977). The History of Christianity. Lion Publishing. ISBN 0-7459-1625-2.
- Wikipedia, Ensiklopedi Bebas
- ^ Bercot, hlm 44-45.
- ^ History of Christianity, hlm 118-119.
- ^ Augustine, Sermo CCIX. Diakses pada 8 Ag. 2006
- ^ Raw Sewage Taints Sacred Jordan River. Diakses pada 11 September 2006
- ^ http://blog.sunan-ampel.ac.id/warsim...a-indonesia-2/
- New Advent. Lema dari The Catholic Encyclopedia tentang istilah pastor.
- Gumpoint. Pandangan Gereja Pentakosta tentang istilah pastor.
- Personal Life of a Pastor. Kehidupan pribadi pendeta seringkali diabaikan oleh gerejanya. Pranala ini merujuk kepada sejumlah sumber tentang bagaimana memberikan semangat kepada kehidupan pendeta.
- Pastor's Role. Kumpulan artikel tentang peranan pendeta di gereja.
- Pastoral Administration. Artikel tentang peran pendeta sebagai administratur gereja.
(Di sadur dari tulisan Pst.Wenas – Trinity Church)
Ebenhaezer
From the desk of Daniel Lauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar