NUANSA IMAN

KOMUNITAS KELUARGA ALLAH YG DEWASA & BERTUMBUH DALAM SEGALA HAL KE ARAH KRISTUS

Selasa, 26 Oktober 2010

“ KEBIASAAN BURUK”

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk kebiasaan. Kebiasaan tidaklah terbentuk dalam sekejap, tetapi melalui proses. Satu tindakan yang kita kerjakan berulang-ulang, terus menerus tiap detik, menit, jam, hari... akan menjadi kebiasaan yang mengikat, dan akhirnya terpola menjadi gaya hidup yang kemudian dapat disebut karakter.. Entah itu kebiasaan baik maupun kebiasaan yang buruk.

Proses ini hampir sama dengan proses terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang terdapat dalam goa-goa. Tetesan air kapur yang terus menerus selama ribuan tahun akan mengalami proses kristalisasi dan membentuk ornamen-ornamen yang mengagumkan tersebut. Titik mulanya hanya setetes air dengan kandungan kapur yang mungkin sangat sedikit, namun karena terjadi berulang-ulang, maka terbentuklah batuan yang keras dan padat, yang sulit untuk dipatahkan atau dihancurkan. Demikian juga dengan karakter, ia tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui proses kebiasaan yang mengkristal dalam gaya hidup kita.

Orang dengan kebiasaan hidup bersih, pola pikir yang sehat serta perilaku tanpa cela akan mengalami kristalisasi kebiasaan dan menghasilkan bentukan karakter yang bersih, sehat dan tanpa cela, sesuai dengan kebiasaan yang dihidupinya . Demikian juga sebaliknya

Ketika kebiasaan buruk menjadi bagian hidup kita, tidak jarang hal itu dimulai dengan hal yang sepele, bagaikan setetes air kapur. Namun karena berulang kali dilakukan, jadilah suatu kebiasaan, yang makin lama makin menguat. Tidak sedikit mereka yang terbiasa dengan minum minuman keras, merokok, judi, adu kekerasan, menghalalkan segala cara menggapai keinginan dll hanya diawali dari iseng, coba-coba atau menganggapnya sebagai hal sepele. Dan ketika mulai ”membatu” dan sulit sekali mengubahnya, barulah kata sesal muncul.

Ketika benih kebiasaan yang tidak benar mulai kita lakukan, tidak jarang hati kecil kita sudah menunjukkan penolakan dan memberikan peringatan. Hati kita tidak nyaman, perasaan bersalah merebak dan mengakibatkan makan tidak enak, tidur tidak nyenyak. Nurani ini bagaikan segitiga dengan ujung yang tajam pada ketiga sudutnya yang berada di hati kita. Saat itu ia akan berputar memberikan sinyal ketidakberesan, sudut-sudutnya menusuk hati kita dan menimbulkan ketidaknyamanan. Namun di saat kita mengeraskan hati, menetralisir luka itu dengan berbagai macam alasan yang ”masuk akal”, maka lama kelamaan ujung yang tajam dari segitiga nurani itu akan aus. Sehingga ketika hal yang buruk itu kita lakukan lagi..dan lagi...dan lagi...maka putaran segitiga yang aus itu tidak akan lagi terasa menyakitkan. Hati kita merasa tenang melakukan kebiasaan yang buruk, bahkan mulai merasa nyaman di dalamnya. Itulah saat ketika hati mulai membatu akibat kristalisasi kebiasaan buruk yang kita jadikan gaya hidup.

Bila ingin menghentikan kebiasaan buruk, sekaranglah waktunya. Mengapa sekarang ?
Karena kita hidup dalam kekinian, bukan pada masa lalu atau masa depan. Masa lalu telah berlalu, masa depan belum datang. Yang kita hidupi adalah saat ini. Jika saat ini berjalan dengan baik, maka masa depan telah dipersiapkan dengan baik pula.

Ada yang berpikir selama masih muda senang-senang dulu, baru kalau sudah tua akan berhenti / bertobat. Atau sebelum nikah hidup semaunya, baru setelah menikah akan berubah.

Masalahnya, sebagaimana kebiasaan tidak terbentuk dalam sekejap, maka menghentikannya juga tidak dapat dilakukan dalam sekejap. Dibutuhkan kemauan, dan kemauan membutuhkan disiplin, dan disiplin membutuhkan waktu.

Oleh sebab itu jangan tunggu sampai anda menikah atau sampai anda menjadi tua. Salah-salah kebiasaan itu justru menghalangi anda untuk menikah, atau menghalangi anda memasuki / menikmati masa tua. Nah Loo….



Apa yang baik harus sering dicari dengan susah payah,  
tetapi apa yang buruk mudah mendapatkannya walau ia tidak di cari.  
Apa yang baik sering hanya dapat diajarkan dengan susah payah,  
tetapi apa yg buruk dapat diperoleh tanpa diajarkan
(Demokritos)
 
Barangsiapa mengalahkan musuhnya, dia itu kuat.  
Barangsiapa mengalahkan dirinya sendiri, dia itu terkuat.
(Lao-Tzu)
 
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, 
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, 
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: 
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna
(Roma 12:2)
  


 


God Bless You

"Hitherto the Lord has helped us."
Ebenhaezer
From the desk of  Daniel Lauw


  
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. 
(I Korintus 15:33)

Tidak ada komentar: