@ by Daniel Kurniawan
(Matius 1:21 – 23)
Beberapa waktu
yang lalu, antara Pati-Kudus, saya melihat ada seorang bapak penjual tanaman
hias.Biasanya : Jemanii,
Adenium, Euphorbia sampai Gelombang Cinta. Saya nggak tahu kenapa dinamakan
“Gelombang Cinta”, …… apakah cinta itu memang "kelak-kelok" bagaikan gelombang..? Yach.. saya ndak tahu, tapi itulah namanya. Nama yang bagus, bentuk
bagus, simbol kebanggaan. Bayangkan … berpuluh jut, pasti ada kebanggaan tertentu.
Betul ?
Nah yang unik
dari bapak penjual ini, ..adalah jenis tanaman hias yang di jual. Jenis apa sdr
? Namanya bagus sekali, “Rafflesia”,
...Orang yang tidak tahu, bisa jadi tertarik….
Tapi
buat saya, di kasihpun “ndak mau”. Mengapa ? Karena saya tahu dan
pernah punya tanaman ini. Yang membuat saya ”trauma” adalah baunya yang ..”Audzubillah himinasaito nirozim”.... seperti bangkai. Makanya di Indonesia nama
bunga ini adalah ”Bunga bangkai”. Namanya sih keren, bentuknya sih beken, namun
baunya.... bisa bikin orang ”mblenger”. Saya heran, kok ada-ada saja orang yang
jual tanaman ini.
Nah Bp/Ibu sekalian...... seorang
pujangga besar, ”William Shakespeare” pernah berujar ”Apalah sih artinya sebuah
nama ..... sekalipun mawar berganti nama, toh ia tetap berbau harum”.Pada satu sisi, mungkin kita setuju dengan ungkapan ini. Apalah artinya
nama jika tidak sesuai kenyataan. Betul khan ?
Pernah di beritakan di Kupang, ada seorang ibu anggota DPRD dari Partai
berbasis kristen, namanyapun jelas kalau dia kristen, tapi ..... kena ”grebek”
di sebuah hotel karena selingkuh. Malu nggak ? Malu.... sudah kristen, pejabat
lagi..... harusnya jadi panutan, lha kok ini malah memalukan.
Apalah arti nama ”Budiman”, kalau orangnya kejam tak berbudi dan tak punya
belas kasih. Apalah artinya nama ”Gunawan” jika dia cuma ”Gundul dan menawan”
namun tidak menjadi orang yang berguna ? Cocok nggak ? Itulah sebabnya, Shakespeare
berkata ”apalah artinya sebuah nama”, yang penting bukan namanya tapi
kualitasnya. Pada satu sisi, kita boleh saja setuju.
Namun pada sisi lain, bukankah kita hidup dalam dunia dimana ”Nama” bukan
sekedar ”label” atau ”merk dagang”. Di balik satu nama, di dalamnya juga
terkandung identitas – jati diri bahkan harapan-harapan.
Ketika orangtua memberi nama anaknya, tentu nggak sembarangan. Jarang ada
yang kasih nama anaknya itu ”Kawuk,
Bogel, Teplok , Pesek”. Jarang.... ini nama poyokan, nama sesungguhnya
mungkin ”Wibowo Prakoso Adi Wicaksono”. Cie... keren khan. Di balik nama ini,
orang tua punya harapan agar dia menjadi orang yang kuat, berwibawa, utama dan
bijaksana. Lha kok jadi ”Kawuk” ? Ya
nggak tahu... mungkin merasa saking kuatnya, ora tedhas tapak paluning pande, memolo ora tekho, Leloro podho lungo
”bablas angine:..... ”Wes ewes-ewes” kata alm.Basuki trus merasa nggak perlu
mandi, Lha jadinya malah....Kawuk ! repot khan .... orang bilang, ”Kapan mbancakine ?”
Nah Bp/Ibu yang
terkasih... mengapa saya tertarik ngomong soal nama ? Karena bagi budaya kita,
maupun budaya Alkitab... nama itu memiliki makna. Demikian juga ketika Maria
sedang mengandung bayi Yesus, Para nabi ratusan tahun sebelumnya sudah bernubuat
: ”Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka
akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita”
. Nama Yesus itu sendiri berarti ”Allah penolong kita”, jadi apa yang dinubuatkan
ratusan tahun sebelumnya sungguh-sungguh terwujud pada diri Yesus, Ia adalah
penolong, Allah yang menyertai kita. Sang Immanuel.
Ini adalah sebuah NAMA, bukan mantera. Bukan otomatis kalau orang berkata
”Immanuel”, maka Allah akan menyertai dia, apapun yang dia lakukan.
Pernah suatu saat, ketika bangsa Jerman sedang jaya-jayanya. Mereka merasa
diri mereka sebagai ”kaum yang terunggul di antara semua manusia”. Tindakan
mereka begitu kejam, terlebih ketika mereka berusaha memusnahkan ribuan orang
Yahudi. Jelas bukan tindakan manusiawi dan patut dipuji. Namun yang luarbiasa,
orang-orang Jerman ini memiliki ”moto” yang ditulis di tiap ikat pinggang
prajurit Jerman yaitu ”Goot Mit Uns” yang artinya ”Allah
menyertai kita”. Luar biasa bukan ? Bagaimana mereka bisa berpikir bahwa Allah
menyertai mereka dalam membunuh, menyiksa, melakukan ketidakbenaran dan
ketidakadilan ? Jika memang demikian.... tentu kita akan bertanya-tanya, ”Allah seperti apa yang berpihak pada para
penindas dan orang-orang yang tidak berperikemanusiaan ini”. Yg jelas, bukan Allah yg kita sebut ”
Immanuel” itu. Mengapa ?
(1) Kehadiran Allah sbg manusia pada diri Yesus merupakan satu
pernyataan bahwa Allah tidak menghendaki adanya permusuhan.
Suatu ketika ada seorang bapak yang sakit dan hampir mati. Orang ini punya
banyak sekali musuh, seneng padu. Seneng geger. .... Nah karena sudah
”kejet-kejet”, keluarganya mengambil inisiatif untuk memanggil orang-orang yang
punya dendam terhadap orang ini. Mikirnya, daripada mati nggowo dosa, khan
bagus kalau dibereskan sebelum terlambat. Orang-orangpun datang. Karena bapak
ini masih kejet-kejet, keluarga lalu ngomong ”Atas nama bapak, kami minta maaf untuk semua kesalahan bapak kepada
saudara-saudara. Dimaafin ya ? Damai ya, Bapak Ibu ? ” Gitu kata anak-anaknya.
Orang-orang pun mengangguk... ya..ya damai.... kosong-kosong. Eh... rupanya meskipun
”kejet-kejet”, bapak ini masih nekad ngomong..... ”enak aja damai Dadio godhong moh nyowek, dadio banyu moh nyawuk”. Yo
wis..... inget, itu cuma berlaku kalau aku jadi mati, kalau enggak..... awas lu
!
Nah ini menungso sdr... seneng musuhan. Tapi Allah tidak demikian. Sekalipun
manusia jatuh dalam dosa, dan itu berarti hubungan manusia dan Allah terputus.
Namun Allah tidak mau membiarkan permusuhan ini terjadi terus. Allah suka damai, Allah ingin memulihkan
hubungan yang putus. Karena itulah Allah mau jadi manusia supaya Allah dan
manusia menjadi dekat kembali. Immanuel,
berarti Allah hadir, menyertai kita dan memulihkan hubungan kita dengan Allah.
Dengan kelahiran Yesus, berakhirlah zaman Allah melawan kita dan zaman kita
tanpa Allah ... dan mulailah zaman baru, yaitu Allah menyertai kita dan Allah
bersama-sama kita. Ada Perdamaian di
balik Nama Immanuel.
Jadi kalau kita mengaku Yesus sebagai ”Immanuel” tapi masih seneng tukaran,
padu, musuhan....... maka nama Immanuel, ndak artinya buat kita. Kayak
Rafflessia, apik ning badhek.
(2) Kehadiran Yesus yg
disebut Immanuel juga menunjukkan keprihatinan dan keperdulian.
Kalau kita lihat kisah Natal, ada sesuatu yang menarik. Maria yang dipakai Allah untuk
mengandung bayi Yesus, bukan orang yang kaya, demikian juga Yusuf. Saat Yesus dilahirkan, bukan di
hotel berbintang atau Rumah Sakit profesional, tapi di sebuah kandang, kotor, apek . hanya berbungkus
kain lampin, springbednya pun cuma palungan, tempat makan ternak. Tamu
yang datang menyambangi, memang ada orang majus yang pandai dan kaya... namun
jangan lupa, yang pertama datang justru ”tukang
angon”.
Lho.... apa Allah nggak bisa pilih tempat dan cara lain yang lebih terhormat
? Bisa sdr... tapi memang inilah yang dipilih Allah, bukan karena terpaksa
melainkan inilah tanda bahwa Allah prihatin
dan perduli kepada kemiskinan, kesederhanaan, kehinaan... kepada orang-orang
yang susah, baik secara ekonomi maupun hati.
Bukankah hal-hal seperti ini yang sering membuat hidup jadi nggak tenang,
kuatir, tidak ada damai, kemrungsung lsp.
Kalau mau jujur, sebetulnya kita gampang kok terganggu. Hal-hal yang kecil
saja bisa mengganggu dan merebut ketenangan hidup kita.
Saya pernah mengikuti sebuah kebaktian Natal. Suasana dibuat
tenang teduh dan khidmat. Anak-anak kecil sudah disediakan acara terpisah
supaya tidak ribut dan mengganggu. Tapi
ndelalah sdr..... di tengah-tengah acara, ada tetangga asyik nggoreng “gereh”. Dia
nggak ribut, tapi bau “gereh” sing ”brang-breng” sedeep ini rupanya bisa
merebut konsentrasi. Di sana-sini terdengar suara ”Kruuk”.... suara perut
lapar. Gangguan telinga bisa dihindari, tapi gangguan hidung rupanya tidak bisa
dibatasi tembok.
Sekarang ini
banyak orang yang hidupnya tidak tenang..... ada yang karena materi yang
pas-pasan, ada yang karena situasi sosial yang tidak mendukung – seperti Maria
dan Yusuf yang ditolak di penginapan, atau seperti para gembala yang terisolir
dari masyarakat, ada yang disebabkan karena berbagai persoalan ........ nah,
kepada mereka inilah, Yesus lahir dan
disebut Immanuel. Artinya, Allah memperdulikan anda... Allah tidak
membiarkan kita menghadapi semua kesulitan itu sendirian. Ia disebut Immanuel,
karena memang ia menyertai kita; dan
namaNya disebut Yesus karena memang Allah
adalah penolong kita. NamaNya bukan Nama omong kosong.....
Jadi Bpk/Ibu....ketika kita merenungkan Natal dan mengingat Nama Yesus Sang
Immanuel, maka kita melihat bahwa : Sebenarnya melalui Natal, Allah menyodorkan
kepada kita suatu PENGHARAPAN.
Pengharapan bahwa hidup kita ini diperdamaikan dengan Allah, dan pengharapan
untuk menjalani hidup ini dengan Damai Sejahtera.
Itulah sebabnya Natal menjadi saat penuh sukacita, karena kelahiran Sang
Immanuel telah mengubah hidup kita menjadi hidup yang penuh dengan harapan,
hidup yang berarti – baik di bumi maupun kelak di surga.
SELAMAT NATAL
With Love in Christ
Daniel Kurniawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar